SITUBONDO - Setelah Kabupaten Sumenep geger SMS santet, kini warga Jawa Timur mendapat teror telepon setan. Bahkan, di Situbondo, telepon setan tersebut telah memakan korban seorang ibu beserta anaknya.
Haryono (23) warga Dusun Curah Malang, Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Situbondo, mendadak pingsan kemudian muntah-muntah setelah menerima telepon melalui handphone (HP)-nya dari nomor 0866xxx pada Rabu (14/5) malam sekitar pukul 23.00 WIB.
Malam sebelumnya, Mahati (45) ibu kandung Haryono, juga menerima telepon dari nomor 0866xxx. Seperti halnya Haryono, Mahati merasa tangannya bak disetrum sehingga langsung secara refleks membuang HP-nya ke lantai.
“Karena kaget, HP langsung saya buang ke lantai,” kata Mahati kepada Surya, Kamis (15/5), di Puskesmas Asembagus, Situbondo. Di Puskesmas itu, Mahati menunggui Haryono yang sedang dirawat.
Beberapa saat setelah kejadian itu, pada Kamis pagi keluarga tersebut melaporkan peristiwa itu ke Polsek Asembagus.
Untuk penyelidikan, polisi mengamankan ponsel merek Samsung dan Nokia milik korban sebagai barang bukti. Selain dua ponsel, polisi membawa baju yang terkena muntahan Haryono, beberapa saat setelah siuman dari pingsannya.
Haryono menceritakan, Rabu malam itu ia dan adiknya sudah terlelap tidur di kamar. Tiba-tiba sekitar pukul 23.00 WIB ponselnya berdering. Ia pun terjaga. Karena mengira telepon itu dari temannya, ia langsung mengangkat ponsel.
Ia mengaku sempat melihat panggilan itu berasal dari nomor 0866xxx dan layar ponselnya berwarna kemerahan. Saat tombol on ditekan, Haryono mengaku tangannya mendadak seperti disetrum listrik bertegangan tinggi.
“Ketika telepon saya angkat, tiba-tiba tangan saya seperti kesetrum listrik dengan tegangan tinggi,” kata Haryono ketika ditemui di Puskesmas Asembagus. Haryono kemudian menunjukkan tangan kirinya yang agak membengkak kebiru-biruan.
Menurutnya, ia beruntung dapat tertolong dengan cepat oleh adik kandungnya yang tidur di sampingnya. Dengan cepat, adiknya yang juga terjaga itu, begitu melihat kakaknya seperti kesetrum, langsung menepis ponsel yang ada di tangan Haryono sehingga ponsel jatuh ke lantai.
Setelah ponsel jatuh, Haryono kemudian pingsan. Namun begitu siuman, Haryono merasa sekujur tubuhnya kaku. Selain itu, Haryono muntah-muntah disertai berkali-kali kencing di celana. Karena khawatir terjadi sesuatu yang lebih buruk, ibu dan adiknya membawa Haryono membawa ke Puskesmas Asembagus.
“Yang saya ingat, tangan saya seperti disetrum listrik dengan tegangan tinggi. Sengatan itu baru hilang setelah adik saya menepis handphone saya,” kata Haryono.
Haryono mengakui, dalam beberapa hari terakhir ini dirinya memang dihantui adanya SMS atau telepon santet, yang isunya sudah meluas di beberapa daerah itu. Tidak hanya Haryono, warga Situbondo juga sering memperbincangkan isu menakutkan tersebut.
Bagus Wicaksono, dokter jaga di Puskesmas Asembagus, mengatakan secara medis Haryono hanya mengalami tekanan psikologis akibat rasa ketakutan yang dialaminya. Karena dihantui SMS atau telepon setan itulah, sehingga ketika menerima telepon, dan dilihatnya layar berwarna kemerahan, ponsel itu ia pegang erat-erat.
“Dari hasil diagnosa sementara, tubuhnya memang lemas dan korban dalam keadaan syok berat,” kata Bagus.
Untuk penyelidikan kasus ini, dua petugas Polres Situbondo meminta keterangan Harono di Puskesmas pada Kamis pagi sekitar pukul 08.00 WIB.
Dua hari sebelumnya, Rasmi (20), warga Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, mengaku menjadi korban SMS santet. Senin malam sekitar pukul 20.15, Rasmi merasa ada yang aneh dengan telepon miliknya. Saat itu seusai mengisi pulsa di sebuah counter HP, Rasmi mendapat telepon dari temannya yang mengabarkan adanya isu SMS santet. Seusai menerima telepon itu, tiba-tiba ada SMS masuk dari nomor yang tidak dikenal, bahkan mirip dengan nomor santet yang sempat dikabarkan teman-temannya. “Baru sebagian saja saya baca, tiba-tiba tubuh saya linglung dan perlahan ambruk,’’ ujar Rasmi, Selasa (13/5). (st6/van/k6)
http://www.kompas.com/index.php/read/xml...sms.santet
Setan nya semakin canggih Smile